Pendidikan
mempunyai peran yang sangat penting bagi suatu negara, termasuk Indonesia.
Dimana suatu negara nasibnya berada ditangan anak-anak bangsa yang saat ini
berada di bangku sekolah tetapi apa jadinya jika ada anak yang tidak bisa
mengenyam pendidikan. Percuma jika generasi sekarang membangun Indonesia
menjadi negara yang lebih maju tetapi generasi yang akan datang tidak tahu
bagaimana cara meneruskannya. Indonesia akan kembali turun akibat keterbatasan
SDM (sumber daya manusia) dari generasi penerusnya.
Indonesia
dikenal dengan negara yang kaya akan sumber daya alamnya (SDA) dan tentu itu
memberi dampak yang positif bagi bangsa indonesia. Diantaranya terbukanya
lapangan kerja, dan akan membuka peluang bagi indonesia untuk menjadi negara
yang lebih maju perekonomiannya. Tetapi jika SDA tidak bisa diolah bagaimana
bisa membukakan dampak yang positif itu?. Kembali ke masalah minimnya SDM di
Indonesia. Kita ambil contoh di suatu kabupaten yakni Bojonegoro yang berada di
provinsi jawa timur. Bojonegoro saat ini terkenal dengan minyaknya yang
melimpah banayak
orang yang akan memandang dan mengira bahwa masyarakat Bojonegoro hidup dan
bergelimang materi berlimpah karena terlimpahan minyaknya. Tetapi jika dibandingkan dengan kondisi dilapangan
tentunya kondisi ini sangat berbanding terbalik karena pada kenyataannya
masyarakat Bojonegoro masih sangat kekurangan baik materi maupun intelektual. Bagaimana
dengan minyak yang melimpah? Minyak diolah oleh ahli dari luar negeri. Bayangkan
saja ahli untuk mengolah minyak tidak hanya berasal dari luar daerah tetapi
berasal dari luar negeri. Itu sudah cukup membuktikan bahwa SDM masyarakat
Indonesia kurang dan
belum mampu bersaing untuk mengisi lapangan kerja yang ada atau barangkali masyarakat
Bojonegoro sudah cukub puas mengisi lapangan kerja kasar.
Sekarang
apakah masalah ini bisa diselesaikan?. Jika berbicara tentang penyelesaian
masalah ini, tidak akan bisa selesai 100% tapi ada upaya untuk meminimalis
masalah ini. Faktor yang membuat minimnya SDM masyarakat Indonesia yang pertama
adalah pendidikan. Rata-rata masyarakat yang hidupnya dibawah garis kemikinan
hanya menyekolahkan anaknya sampai jenjang SMA bahkan SMP saja. Selain
kurangnya pengetahuan untuk memperoleh kedudukan kerja yang tinggi, ijazah SMP
atau SMA bisa dikatakan sudah tidak laku dalam dunia kerja. Faktor yang kedua
apabila pendidikan telah terpenuhi, bisa dari anak itu sendiri yang mempunyai
sifat malas untuk belajar atau tidak mempunyai semangat untuk menuntut ilmu.
Jika anak itu tidak memiliki keinginan untuk mempunyai pendidikan yang tinggi
dan tidak berfikir tentang masa depan mereka maka pelajaran yang diberikan
disekolah maupun diperguruan tinggi tidak akan bisa iterima dengan baik
seolah-olah mereka sekolah hanya memenuhi tuntutan orang tua. Bisa juga jika
pendidikan sudah terpenuhi si anak mempunyai niat yang sungguh-sungguh tetapi
guru di sekolah yang kurang profesional. Guru yang kurang profesional dalam
arti malas untuk mengajar siswa-siswinya, hal ini akan menyebabkan pendidikan
anak kurang sempurna. Faktor yang ketiga adalah banyaknya beban pelajaran yang harus ditanggung anak. Kita lihat di
Indonesia ada banyak mata pelajaran yang diajarkan di sekolah menengah, baik
pertama maupun atas. Seharusnya Indonesia menggunakan sistem seperti luar
negeri. Di SD anak diberi banyak mata pelajaran, setelah itu disekolah menengah
mereka hanya tinggal memilih pelajaran apa yang paling mereka sukai dan sesuai
dengan talenta mereka masing-masing. Dan sampai di perguruan tinggi anak itu akan
selalu mempelajari pelajaran yang mereka pilih dari awal. Setiap anak pastinya
akan mempunyai pilihan yang berbeda dengan begitu Indonesia akan mempunyai
ahli-ahli di semua bidang. Jadi solusi untuk meminimalis masalah ini adalah
dengan memberi beasiswa pada anak yang kurang mampu. Pemerintah sering melakukan
pengawasan pada guru. Memberi sosialisasi agar anak Indonesia mempunyai etos
belajar yang baik. Dan hanya memberi pilihan satu jurusan kepada anak mulai
dari sekolah menengah untuk dipelajari lebih dalam.
No comments:
Post a Comment